Industri telekomunikasi memang kaya akan kreativitas, dan Indonesia termasuk negara yang sangat aktif menelurkan konten atau aplikasi baru di segmen seluler.
Kita sudah lama mengenal transfer pulsa dan uang digital. Bahkan kini, pelanggan tiga operator, yaitu Telkomsel (T-Cash), Indosat (Dompetku) dan XL (XL Tunai) sudah bisa saling mentransfer uang digital tersebut.
Ada juga nomor ponsel yang dijadikan nomor rekening serta aplikasi BlackBerry Money yang dikritik regulator karena kurang adilnya perolehan yang didapat operator sebagai penyedia jaringannya.
Namun, pernahkah terpikir bahwa pulsa juga bisa menjadi mata uang? Pasti dalam keseharian kita sering melihat orang membeli voucher games minta dibayar pakai transfer pulsa, atau beli konten lainnya seperti musik, download film, atau aplikasi lainnya dengan membayar pakai pulsa.
Semua konten yang disediakan operator pun cara pembayarannya dengan memotong pulsa untuk pelanggan prabayar dan penambahan biaya tagihan pada pelanggan pascabayar.
Yang membuat tanda tanya adalah meski menggunakan pulsa sebagai alat bayar, penjual tetap mengambil laba. Artinya, bila game dibeli secara offline seharga Rp 96 ribu, maka pembeli harus mentransfer pulsa seharga Rp 100 ribu. Selisih Rp 4 ribu ini lah yang disebut sejumlah pakar e-money sebagai money creation.
Pernah juga ada pesan BlackBerry Messenger (BBM) dari pengguna lain yang menawarkan SIMcard atau kartu perdana isi pulsa Rp 5 ribu seharga cuma Rp 750.
Yang perlu mendapat perhatian adalah pulsa bukanlah uang baik uang fisik atau uang digital, sehingga sampai saat ini belum ada aturan di Bank Indonesia yang membolehkan adanya money creation atau pengambilan laba lewat transaksi jual beli pakai pulsa.
Bayangkan kalau selisih yang Rp 4 ribu tadi "diciptakan" terus menerus, maka Rp 4 ribu itu sudah merupakan 4 persen kalau pengguna membelinya dengan pulsa denom Rp 100 ribu.
Sebaiknya, regulator telekomunikasi dan keuangan mempertegas batas-batas penggunaan pulsa sebagai alat jual beli, karena pulsa bukanlah uang, baik uang kartal maupun uang digital. Akan lebih baik bila operator menggunakan uang digital atau elektronik sebagai alat pembayaran pembelian aplikasi karena sudah direstui Bank Indonesia.
Memang bila soal jual beli pakai pulsa ini dilarang, maka operator harus kerja keras mengubah billing systemnya, dan itu bukanlah pekerjaan mudah. Namun, meski sulit, industri dan regulator perlu mendudukkan masalah pada rel yang tepat, agar tak timbul masalah di kemudian hari.
Akankah pulsa telepon jadi alat jual beli?
Akankah pulsa telepon jadi alat jual beli?
2013-07-02T12:41:00+07:00
Unknown
News|Wawasan|